Langsung ke konten utama

Isen Mulang

Isen Mulang merupakan kata yang diambil dari teks sebenarnya yang bertuliskan “Isen Mulang Pantang Mundur Dia Tende Nyamah Nggetu Hinting Bunu Panjang”. Kata Isen Mulang sangat dikenal di Kalimantan Tengah, bahkan terkandung pula pada Lambang/ Simbol/ Logo Provinsi Kalimantan Tengah.

Secara sederhana kata “Isen Mulang” dapat diartikan sebagai semangat Pantang Mundur.

Kata-kata Isen Mulang merupakan Bahasa Sangiang yakni Bahasa Dayak yang tertua di Kalimantan Tengah (Kalteng). Bahasa Sangiang ini hingga sekarang masih banyak digunakan oleh Suku Dayak yang beragama Kaharingan untuk melakukan ritual keagamaan dan komunikasi dengan yang maha kuasa.

Kata Isen Mulang merupakan simbol semangat juang masyarakat Kalteng untuk membangun daerah, khususnya Kalimantan Tengah tanpa henti-hentinya sampai tutup usia atau titik darah terakhir.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aja Metani Alaning Liyan

Ungkapan aja metani alaning liyan berisi nasihat yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam pergaulan sosial. Pendek kata, agar terjadi situasi hidup bermasyarakat yang saling percaya, saling menghormati, saling menghargai demi terciptanya lingkungan sosial-kemasyarakatan yang harmonis. Kata metani dalam ungkapan tersebut terbentuk dari kata dasar bahasa Jawa petan (cari kutu rambut), dan metani berati (mencari kutu rambut). Petan yang berubah menjadi metani sebagai bentuk aktif, yang berarti mencari kutu rambut. Kata alaning (jeleknya) terbentuk dari kata ala (jelek) dan mendapat akhiran ning . Kata liyan (lain, pihak lain) berasal dari kata dasar liya yang mendapat ahiran an lain, sehingga berarti lain atau orang lain. Kutu rambut adalah hewan yang sangat kecil, sudah pasti hewan itu sulit didapatkan. Orang mencari kutu rambut memberi gambaran mencari sesuatu yang kecil di tengah-tengah rambut. Akan tetapi, pekerjaan yang sulit itupu...

Aja Nggege Mangsa

Ungkapan aja nggege mangsa terdiri dari kata aja (jangan), nggege (mempercepat atau mendahului) dan mangsa (waktu). Secara eksplisit, ungkapan aja nggege mangsa berarti ‘jangan mendahului waktu’. Dalam etika dan filsafat Jawa, ungkapan itu memiliki makna yang lebih dalam. Pemaknaanya terkait erat dengan sikap hidup dan kaitan jati dir manusia sebagai individu, sosial dan umat ciptaan Tuhan. Ungkapan aja nggege mangsa berisi nasihat agar dalam upaya mencapai maksud atau cita-cita tertentu, seseorang harus mampu mengendalikan dirinya. Demi suatu keinginan sesorang dianjurkan untuk tidak melakukan kecurangan. Tanpa didasari oleh pengendalian diri dan keyakinan bahwa segalanya akan ditentukan oleh Tuhan, seseorang seringkali tergelincir pada sikap nggege mangsa (mendahului waktu). Dari keinginan yang tidak terkendali itu, seseorang bisa terperosok pada tindakan negatif asal tujuan atau keinginannya tercapai. Untuk menghindar dari hal tersbut, maka dalam berusaha kita perlu menyeimb...

Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisaa Rumangsa

Ungkapan aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa (jangan merasa bisa, tetapai bisalah merasa) memiliki makna yang sangat strategis dan mendalam. Ungkapan ini bernada nasihat agar seseorang tumbuh menjadi sosok yang rendah hati, sebaliknya tidak tumbuh menjadi sosok yang tinggi hati atau somboong. Dalam kehidupan masyarakat Jawa tradisional, banyak ditemukan unen-unen atau wewarah (nasihat) agar seseorang tetap dalam koridor pribadi yang lembah manah (rendah hati, dan rendah hati tidak berarti rendah diri) dan sebaliknya kita mengangggap rendah pihak lain. Dalam ajaran Jawa, seseorang lebih ditekankan untuk dapat melakukan koreksi ke dalam sehingga tidak terdorong untuk “menghujat” atau “merendahkan” orang lain. Dalam berbagai kesempatan, seseorang harus tetap bersikap untuk menahan diri dan tidak terdorong untuk menonjolkan dirinya sendiri (tidka dibenarkan utnuk bersikap unjuk gigi). Terlebih lagi, dalam tatanan sosial-kemasyarakatan Jawa, tidak pada tempatnya seseorang melakuka...