Langsung ke konten utama

Alaq Tau

Sebuah ritual yang dilakukan warga Dayak Kenyah di Samarinda, Kalimantan Timur sebelum memulai masa tanam padi. Tradisi ini bertujuan untuk memohon petunjuk kepada Sang Pencipta dalam memilih waktu yang tepat untuk menanam padi. Ritual diawali pembacaan doa yang dilakukan tetua adat. Waktu yang tepat biasanya didasarkan pada bentuk koordinat tertentu dari matahari yang dibaca tetua adat. Kemudian, ritual ini dilanjutkan dengan sejumlah tarian yang berhubungan dengan kehidupan agraris warga seperti tari pangpagaq; tari udoq aban; dan tari anyam tali. Tari pangpagaq adalah tarian yang menggambarkan upaya menangkap binatang yang masuk ke areal pertanian, gerakannya melompat-lompat di antara kayu dengan rentak teratur seperti hendak menjebak binatang. Sedangkan tari udoq aban atau tarian topeng dimaksudkan untuk mengusir roh jahat dan hama padi menjelang musim panen tiba. Rangkaian tarian ditutup dengan tari anyam tali yang menggambarkan persatuan warga.

Sumber : melayuonline.com

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Aja Metani Alaning Liyan

Ungkapan aja metani alaning liyan berisi nasihat yang berorientasi pada upaya untuk menciptakan kehidupan yang harmonis dalam pergaulan sosial. Pendek kata, agar terjadi situasi hidup bermasyarakat yang saling percaya, saling menghormati, saling menghargai demi terciptanya lingkungan sosial-kemasyarakatan yang harmonis. Kata metani dalam ungkapan tersebut terbentuk dari kata dasar bahasa Jawa petan (cari kutu rambut), dan metani berati (mencari kutu rambut). Petan yang berubah menjadi metani sebagai bentuk aktif, yang berarti mencari kutu rambut. Kata alaning (jeleknya) terbentuk dari kata ala (jelek) dan mendapat akhiran ning . Kata liyan (lain, pihak lain) berasal dari kata dasar liya yang mendapat ahiran an lain, sehingga berarti lain atau orang lain. Kutu rambut adalah hewan yang sangat kecil, sudah pasti hewan itu sulit didapatkan. Orang mencari kutu rambut memberi gambaran mencari sesuatu yang kecil di tengah-tengah rambut. Akan tetapi, pekerjaan yang sulit itupu...

Aja Nggege Mangsa

Ungkapan aja nggege mangsa terdiri dari kata aja (jangan), nggege (mempercepat atau mendahului) dan mangsa (waktu). Secara eksplisit, ungkapan aja nggege mangsa berarti ‘jangan mendahului waktu’. Dalam etika dan filsafat Jawa, ungkapan itu memiliki makna yang lebih dalam. Pemaknaanya terkait erat dengan sikap hidup dan kaitan jati dir manusia sebagai individu, sosial dan umat ciptaan Tuhan. Ungkapan aja nggege mangsa berisi nasihat agar dalam upaya mencapai maksud atau cita-cita tertentu, seseorang harus mampu mengendalikan dirinya. Demi suatu keinginan sesorang dianjurkan untuk tidak melakukan kecurangan. Tanpa didasari oleh pengendalian diri dan keyakinan bahwa segalanya akan ditentukan oleh Tuhan, seseorang seringkali tergelincir pada sikap nggege mangsa (mendahului waktu). Dari keinginan yang tidak terkendali itu, seseorang bisa terperosok pada tindakan negatif asal tujuan atau keinginannya tercapai. Untuk menghindar dari hal tersbut, maka dalam berusaha kita perlu menyeimb...

Aja Rumangsa Bisa, Nanging Bisaa Rumangsa

Ungkapan aja rumangsa bisa, nanging bisaa rumangsa (jangan merasa bisa, tetapai bisalah merasa) memiliki makna yang sangat strategis dan mendalam. Ungkapan ini bernada nasihat agar seseorang tumbuh menjadi sosok yang rendah hati, sebaliknya tidak tumbuh menjadi sosok yang tinggi hati atau somboong. Dalam kehidupan masyarakat Jawa tradisional, banyak ditemukan unen-unen atau wewarah (nasihat) agar seseorang tetap dalam koridor pribadi yang lembah manah (rendah hati, dan rendah hati tidak berarti rendah diri) dan sebaliknya kita mengangggap rendah pihak lain. Dalam ajaran Jawa, seseorang lebih ditekankan untuk dapat melakukan koreksi ke dalam sehingga tidak terdorong untuk “menghujat” atau “merendahkan” orang lain. Dalam berbagai kesempatan, seseorang harus tetap bersikap untuk menahan diri dan tidak terdorong untuk menonjolkan dirinya sendiri (tidka dibenarkan utnuk bersikap unjuk gigi). Terlebih lagi, dalam tatanan sosial-kemasyarakatan Jawa, tidak pada tempatnya seseorang melakuka...